Inovasi Dosen Teknik Fisika ITB, Drone Medis untuk untuk Pengiriman Logistik ke Daerah Bencana
BANDUNG, itb.ac.id – Dosen Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Faqihza Mukhlish, S.T., M.T., Ph.D., terpilih menjadi salah satu dari 18 penerima pendanaan Inovasi Kedaireka dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbudristek). Hal tersebut diumumkan melalui laman resmi media sosial Kedaireka pada Minggu (7/7/2024).
Platform Kedaireka Kampus Merdeka adalah inisiatif Ditjen Dikti serta Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi di bawah Kemendikbudristek. Kedaireka merupakan singkatan dari Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka, yang bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama antara perguruan tinggi dengan dunia usaha, industri, dan pihak terkait lainnya dalam mendukung inovasi dan reka cipta di Indonesia.
Inovasi ini merupakan hasil dari kolaborasi Faqihza Mukhlish dengan Robby Azhari di bidang System Engineering of Defense and Space Technology. Inovasi tersebut berbentuk pesawat nirawak yang mampu membawa beban logistik optimal hingga 10 kilogram.
Latar belakang tercetus inovasi ini berawal dari bencana Gempa Cianjur yang mengakibatkan putusnya jalur transportasi darat di sana. Sehingga terjadi hambatan untuk membawa logistik, termasuk peralatan medis untuk daerah bencana.
Adanya inovasi ini akhirnya dapat menjawab tantangan pengantaran alat medis secara lebih cepat dan efisien ke wilayah bencana.
Beliau menjelaskan bahwa inovasi ini berbeda dengan pesawat seperti helikopter pembawa logistik yang membutuhkan biaya tinggi, termasuk pendaratan yang mampu memberi gemuruh tekanan pada lokasi pendaratan. Precision Medic Drone merupakan pesawat nirawak berukuran kecil yang mampu melakukan pendaratan presisi tanpa stasiun khusus berbekal helipad QR code. Inovasi ini mampu melaju dengan kecepatan 60 km/jam dan dapat menjangkau daerah evakuasi dengan cepat dan efisien.
Investasi awal untuk mengembangkan drone medis presisi ini mencapai sekitar Rp150 juta. Namun, dengan efisiensi biaya operasional yang tinggi, drone ini diproyeksikan menjadi investasi yang menguntungkan dalam jangka panjang.
Mendapat dukungan dari program Kedaireka, beliau pun berupaya memperluas manfaat dari inovasi ini. Saat ini, drone medis telah sukses digunakan dalam proyek reboisasi mangrove di pesisir Jawa Barat dengan mempercepat proses penanaman dengan bantuan pelontar benih.
Tak hanya itu, pihaknya pun telah menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertahanan untuk pengiriman logistik militer. Ke depannya, beliau juga berharap dapat berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dalam misi kemanusiaan, seperti pengiriman alat mendis ke daerah bencana.
“Dengan mobilitas yang tinggi dan kemampuan untuk mendarat di helipad pribadi, drone medis dapat menjadi solusi yang efektif dalam situasi darurat,” ucapnya.
“Kami berharap masyarakat dapat melihat potensi positif dari teknologi drone. Penggunaan drone tidak selalu terkait dengan konflik, tetapi juga dapat memberikan manfaat nyata bagi kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.
Sumber: itb.ac.id dan Instagram resmi Kedaireka