Enter your keyword

FTI dan LPPM ITB Bantu Warga Jayagiri Buat Unit Biogas dan Unit Maggot untuk Mengurangi Limbah Kotoran Hewan

FTI dan LPPM ITB Bantu Warga Jayagiri Buat Unit Biogas dan Unit Maggot untuk Mengurangi Limbah Kotoran Hewan

Institut Teknologi Bandung melalui Program Pengabdian Masyarakatnya meresmikan unit biogas untuk energi ramah lingkungan dan unit produksi maggot untuk pakan ternak, Sabtu (30/12), di Desa Jayagiri Lembang, Bandung Barat.

Mewakili LPPM ITB, Prof. Lienda A Handojo mengatakan, pihaknya akan meneruskan program ini agar bisa diterapkan masyarakat. Yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan yang kurang harus diperhatikan agar bisa lebih baik dioperasikan.

”Ada beberapa yang harus dilengkapi lagi seperti pemompaan dan distribusinya juga gimana distribusinya. Rencananya kami akan membuat proposal lagi ke LPPM agar kita bisa lanjutkan kerjasama dengan para mitra di Desa Jayagiri ini,” kata Lienda.

Ia mengatakan biogas yang sudah terbangun akan digunakan untuk keperluan masyarakat untuk memperlancar usaha mereka, sehingga teknologi ini bisa dimanfaatkan secara tepat guna.

”Biogasnya digunakan untuk keperluan masyarakat sendiri, ada yang untuk memanaskan mesin maggot, untuk pengeringan buah, untuk pabrik tahu. Tapi yang lebih penting adalah limbah yang bertahun-tahun tidak tertangani, akhirnya bisa dimanfaatkan sehingga mendukung kesejahteraan masyarakat melalui sircular economy,” imbuh Lienda.

Sampai saat ini bahan baku dari kotoran sapi yang diolah menjadi biogas berjumlah 30 mete kubik dari 40 sampai 50 sapi. Dengan jumlah tersebut saat ini sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ditemui di tempat yang sama, Direktur Utama Aimtop Indo Nuansa Kimia, Ir. Setyo Yanus Sasongko, sebagai mitra mengatakan pemasangan instalasi sebenarnya sangat sulit mengingat medan yang ada di Desa Jayagiri, namun dengan effort yang tinggi bisa pula instalasi tersebut terpasang.

”Melihat medannya injeksinya memang agak sulit, tapi kami dengan desain para ahli bisa membentuk seperti ini dan nanti bisa segera dioperasikan. Nantinya kami juga berharap ini bisa terindustrialisasi sehingga ada hirarki pengelolaan yang berkelanjutan sehingga setelah peresmian tetap berjalan dan tidak begitu saja selesai,” kata Yunus.

Ia juga menjelaskan bagaimana dari pengumpulan kotoran, didorong melalui mesin injeksi ke mesin pengolah sampai kemudian diolah menjadi bio gas. Sementara residu dari pengolahan, bisa jadi pupuk cair.

”Semua bahan baku nantinya diolah sampai akhir sehingga tidak tersisa . Biogasnya juga bisa dibuat jadi bahan bakar bahkan pengeringan maggot dengan menggunakan biogas, bisa lebih bersih. Residunya juga bisa dimanfaatkan untuk pertanian agar bisa lebih subur,” jelas Setyo Yanus.

Ketua Tim Unit Budidaya Maggot dari Fakultas Teknik Industri ITB, Tirto Prakoso di tempat yang sama mengatakan, maggot yang berasal dari larva lalat sebenarnya sudah lama dimanfaatkan hanya saja belum banyak digunakan. Maggot memiliki sumber protein yang tinggi untuk ternak, ayam, bebek, burung dan ikan.

Sebelumnya, kata Tirto, pemanfaatan kotoran sapi yang dimanfaatkan untuk produksi maggot baru kali ini dicoba. Hasilnya menurut Tirto cukup baik dan prosesnya cukup mudah.

”Kotoran yang sudah stabil, yang baunya sudah berkurang disatukan dengan makanan maggot untuk membesarkannya, biogasnya juga digunakan untuk memanaskan maggot. Pemanasan ini bertujuan untuk mengeringkan maggot, karena maggot yang kering harganya lebih tinggi ketimbang maggot yang basah, yaitu dua juta rupiah per kuintal untuk yang kering dan 400 ribu rupiah untuk maggot basah,” kta Tirto.

Tirto sangat antusias ikut terlibat dalam projek ini karena memiliki visi selain pemanfaatan biogas untuk kesejahteraan rakyat melalui sircular economy, pun bisa membantu membersihkan lingkungan dengan mengurangi limbah kotoran sapi menjadi sesuatu yang bermanfaat,

”Selain penghematan energi melalui produksi bio gas, di juga bisa menghasilkan nilai ekonomi yang baik dengan penjualan maggot dan mengurangi pencemaran sungai oleh kotoran sapi,” kata Tirto.

Sementara itu Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jawa Barat, Thio Setiowekti mengatakan bahwa warga akan terus bekerjasama dengan LPPM dan PPMI ITB serta PT AIMTOP Indo Nuasa Kimia untuk pendampingan pelaksanaan peoperasian program yang telah dibuat, dengan harapan membuat warga semakin terbedaya secara ekonomi.
“FPLH mewakili warga Babakan Ampera Desa Jayagiri Lembang akan terus bekerjasama dengan LPPM dan PPMI ITB serta PT. Aimto Pindo Nuansa Kimia untuk pendampingan dan operasikan unit biodigester dan unit produksi maggot ini agar bermanfaat untuk warga. Kami tentu saja akan berkordinasi dengan pemerintahan setempat supaya tepat sasaran dan meningkatkan ekonomi warga sekitar, ” kata Thio.

Sumber: bandungsatu.com